April 04, 2017

Rekonstruksi Kenangan KKN di Mampise (Bagian 2 : Nadi dan Diary Palsu Ela)

Beberapa dari kami berlainan fakultas. Eta Fakultas Ilmu Pendidikan. Sinar yang latah parah Fakultas Bahasa dan Seni. Nadi satu fakultas dan dengan Saya, Ety, dan Kiky di MIPA. Nadi jurusan Biologi sedangkan saya di Jurusan Fisika. Commo Fakutas Ilmu Keolahragaan, satu fakultas dengan Ammy. Makanya Commo pernah dipercaya sebagai pelatih Volly di SMP terdekat. 

Dalam suatu pertandingan tim volly itu juara 1. Prestasi yang luar biasa, padahal latihan volly sebelum pertandingan hanya satu kali. Saya juga ikut-ikut melatih waktu itu. 

Belakangan, Saya dan commo baru tahu kalau tim yang kami latih memang sering juara di pertandingan volly antar pelajar. Kami akhirnya sadar bahwa peran kami dalam tim itu kecil sekali. Bahkan bisa dibilang tidak ada.
Baca juga : 
Ela juga lain fakultas. Dia di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Jurusan manajemen. Dia aktif melatih tari-tarian di sekolah terdekat.

Sedang Ety aktif mengajar fisika di SMP padahal dia bukan program studi pendidikan. Ety ini adik tingkat saya di jurusan fisika program studinya non-kependidikan. Sayalah yang program studi pendidikan fisika. Justru saya yang tak pernah mengajar. 

Kiky mengajar matematika di SD terdekat, dia sendiri sebenarnya jurusan Kimia. Eta, Sinar dan ammy mengajar juga di SD dan SMP itu. 

Sedangkan saya tetap memainkan peran sebagai koordinator(silahkan diterjemahkan sendiri).
Nadi adalah teman yang paling dewasa (berumur) di antara kami. Saya satu angkatan dengan dia di kampus. 

Kelebihannya dalam komunikasi formal tidak diragukan. Wajar jika penduduk desa menganggapnya lebih cocok jadi kordes. Nadi berhasil melobi PLN dan Dinas Pertamanan Kabupaten Sidrap waktu itu. 5 titik lampu jalan dipasang di jalan-jalan desa. 

Program lain yang di tangani Nadi adalah pelatihan menyetek bunga terkini untuk ibu-ibu PKK. Saya tetap memainkan peran sebagai kordinator walaupun terkesan seperti pemain cadangan. Saya, Nadi dan Baso Agussalim (Commo) tidur dalam satu kamar. Kami sering berbagi cerita dengan imajinasi-imajinasi liar.

Nadi Lumayan dekat dengan teman-teman perempuan. Kedekatan yang saya maksud adalah kedekatan berbagi cerita ataupun dibonceng naik motor. Suatu hari Saya dan Commo bercerita kepada Nadi tentang rahasia penting. 

Saya memulai cerita bahwa kami berhasil menemukan diary Ela dan membacanya. Commo kemudian melanjutkan, bahwa di diary itu ada cerita-cerita tentang kita semua. 

Diary itu berisi catatan sudut pandang Ela tentang teman-teman KKN. Salah satu yang paling menonjol adalah cerita tentang Nadi.

“Nadi dicerita bagus sekali, kan Angga? “ kata Commo. Saya kemudian mengiyakan.  Saya menangkap binar dimata Nadi, sekalipun sampai kari ini dia tidak mau mengakuinya. Satu minggu kami memelihara “binar mata itu”. Saat sikap mereka mulai “aneh”, kami akhirnya jujur bahwa diary Ela yang kami cerita itu adalah “diary palsu”.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon