July 10, 2017

Teori Belajar Piaget

gambar : slideshare.net
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, artinya proses yang didasarkan atas mekanisme biologisyaitu perkembangan sistem saraf. Makin bertambah umur seseorang, maka makin kompleks susunan sel saarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya (Travers, 1976 ). Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualiatif di dalam struktur kognitifnya. 

Piaget menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. Proses adaptasi mempunyai dua bentuk dan terjadi secara simultan, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses perubahan apa yang dipahami sesuai dengan struktur kognitif yang telah ada, sedangkan akomodasi adalah proses perubahan struktur kognitif sehingga dapat dipahami. Jadi apabila individu menerima informasi atau pengalaman baru maka informasi tersebut akan dimodifikasi sehingga cocok dengan struktur kognitif yang telah dipunyainya.

Proses ini disebut asimilasi. Sebaliknya, apabila struktur kognitif yang sudah dimilikinya harus disesuaikan dengan informasi yang diterima, maka hal ini disebut akomodasi. Asimilasi dan akomodasi akan terjadi apabila seseorang mengalami konflik kognitif atau ketidakseimbangan antara apa yang telah diketahui dengan apa yang dilihat atau dialaminya sekarang. Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi,  dan ekuilibrasi (penyeimbangan antara proses asimilasi dan akomodasi).

Baca Juga

Contoh: Seorang anak sudah memahami prinsip-prinsip pengurangan. Ketika mempelajari prinsip pembagian, maka terjadi proses pengintegrasian antara prinsip pengurangan yang telah dikuasai
dengan prinsip pembagian sebagai infomasi baru. Inilah yang disebut proses asimilasi. Jika anak tersebut diberikan soal tentang pembagian, maka situasi ini disebut akomodasi. Artinya anak tersebut sudah dapat mengaplikasikan atau memakai prinsip-prinsip pembagian dalam situasi yang baru dan spesifik.
 
Tugas guru dalam proses belajar mengajar adalah menyajikan materi yang harus dipelajari siswa sedemikian rupa sehingga menyebabkan adanya ketidak seimbangan kognitif pada diri siswa. Dengan demikian ia akan berusaha untuk mengadaptasi informasi baru ke struktur kognitif yang telah ada (Worell and Stilwell, 1981). Adaptasi akan terjadi jika telah terdapat keseimbangan di dalam struktur kognitif.

Sebagaimana dijelaskan di atas, proses asmilasi dan akomodasi mempengaruhi struktur kognitif. Perubahan struktur kognitif merupakan fungsi dari pengalaman, dan kedewasaan anak terjadi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu. Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya, dimana pola atau tahapan perkembangan ini bersifat hierarkis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan
seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di  luar tahap kognitifnya.

Tahap-tahap perkembangan Intelektual
Piaget mengemukakan bahwa perubahan kognitif merupakan hasil proses perkembangan.  Piaget dan kawan-kawannya menemukan bahwa:
  • Kemampuan intelektual anak  berkembang melalui tahap-tahap tertentu;
  • Tahap-tahap ini terjadi dalam suatu urutan tertentu;
  • Ada  beberapa rentangan  secara umum yang berkaitan dengan tahap-tahap ini, tetapi anak itu dapat dan sering bergerak melalui tahap-tahap ini pada umur yang berlainan;
  • Perkembangan intelektual tidak sama untuk semua bidang keilmuan.
Untuk keperluan dan konseptualisasi pertumbuhan kognitif atau perkembangan intelektual.  Piaget membagi perkembangan ini ke dalam empat periode, yaitu sebagai berikut. 

(1)  Periode Sensori Motor (0 – 2,0 tahun ). 
Pada periode ini tingkah laku anak bersifat motorik dan anak menggunakan sistem penginderaan untuk mengenal lingkungannya untuk mengenal objek.  Pada waktu lahir anak hanya melakukan kegiatan-kegiatan refleks. Gunarsa (1982:153) merinci periode ini ke dalam enam sub masa perkembangan, yaitu sebagai berikut:
  • Aktifitas refleks atau modifikasi dari refleks-refleks:0-1 bulan.
  • Reaksi pengulangan pertama (koordinasi tangan dan mulut):  1-4 bulan. 
  • Reaksi pengulangan kedua (koordinasi tangan-mata): 4-10 bulan.
  • Koordinasi reaksi-reaksi sekunder (pengkoordinasian dua skema): 0-12 bulan.
  • Reaksi pengulangan ketiga (cara-cara baru melalui eksperimen yang dapat diikuti): 12-18 bulan.
  • Permulaan berpikir (perkembangan internal, cara-cara baru melakukan kombinasi-kombinasi mental): 18-24 bulan. Perubahan utama pada sensori motor ini adalah perkembangan bergerak dari kegiatan refleks ke perlambangan.

(2)  Periode Pra Operasional (2,0 – 7,0 tahun)
Pada periode ini secara kualitatif, pemikiran anak merupakan kemajuan dari periode sensori motor.Pemikiran anak tidak lagi dibatasi oleh kejadian-kejadian perseptual dan motorik langsung.Pemikiran anak telah sungguh-sungguh simbolik dan urutan-urutan tingkah laku dapat dimunculkan dalam pikiran anak tidak terbatas pada kejadian-kejadian fisis dan nyata.Periode ini ditandai dengan  perkembangan bahasa yang pesat (2-4 tahun), tingkah laku bersifat egosentrik dan non sosial (Gredler, 1992).

Pada periode ini anak dapat melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan simbolisasi.Perhatian pada dua dimensi belum dapat dilakukananak.Hal ini oleh Piaget diistilahkan dengan konsentrasi/memusat.

(3)  Periode Operasi Kongkrit (7,0 -11,0 tahun)
Pada periode ini, anak sudah mampu menggunakan operasi.Pemikiran anak tidak lagi di dominasi oleh persepsi, sebab anak mampu memecahkan masalah kongkrit secara logis. Anak tidak lagi egosentris, ia dapat menerima pandangan orang lain dan bahasanya sudah komunikatif dan sosial.
Pada periode ini, anak sudah dapat memecahkan masalah yang menyangkut konservasi dan kemampuan reversibility, mampu mengklasifikasi, tetapi belum dapat memecahkan masalah yang bersifat hipotetis.
 
(4)  Periode Operasi Formal ( 11,0  -  > 15 tahun )
Periode operasi formal merupakan tingkat puncak perkembangan struktur kognitif. Anak remaja berpikir logis untuk semua jenis masalah hipotetis, masalah verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran ilmiah dan dapat menerima pandangan orang lain. Aspek-aspek yang Berhubungan dengan Perkembangan Kognitif  Piaget dalam Dahar (1989:156) mengemukakan ada empat aspek yang besar yang ada hubungannya  dengan perkembangan kognitif. Keempat aspek tersebut, yaitu:
  • Pendewasaan;
  • Pengalaman fisik;
  • Interaksi  sosial;
  • Ekuilibrasi.

Pendewasaan merupakan pengembangan  dari  susunan syaraf, misalnya kemampuan  mengepal dan menendang disebabkan oleh kematangan yang sudah dicapai oleh susunan syaraf dari individu. Anak harus mempunyai pengalaman dengan benda-benda dan stimulus-stimulus dalam lingkungan tempat ia bereaksi terhadap benda-benda itu. Akomodasi dan asimilasi tidak dapat berlangsung kalau tidak ada interaksi antara individu dengan lingkungannya. Anak tidak hanya harus mempunyai pengalaman berinteraksi, tetapi juga ia harus mengadakan aksi kepada lingkungannya.

Interaksi sosial dalam  pengertian  di sini adalah pertukaran ide (gagasan) antara individu dengan individu  (teman sebaya, orangtua, guru, atau orang  dewasa lainnya). Interaksi sosial ini penting  dalam perkembangan  konsep yang tidak mempunyai  acuan fisik, misalnya konsep kejujuran sangat dipengaruhi oleh penerimaan orang lain. Keseimbangan atau penyeimbangan dipandang sebagai suatu sistem pengaturan diri (internal) yang bekerja untuk menyelaraskan peranan pendewasaan/kematangan, pengalaman fisik, dan interaksi sosial.

Sumber : Modul GP SMP PPPPTK IPA 2016

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon