September 07, 2017

Asal Usul Etnis Rohingya

Tags
Foto : ACT
Komunitas muslim di Arakan (Rakhine) sudah ada sejak zaman kerajaan Mrauk U (1430-1784). Saat Raja Min Saw Mon, pendiri Dinasti Mrauk-U merebut tahta dengan bantuan militer dari Sultan Bengali.

Sejak itu Pengungsi Bengali diizinkan untuk menetap di pinggiran kota Mrauk-U, di mana mereka membangun masjid Santikan yang terkenal. Kerajaan Mrauk U sendiri dipercaya mengadopsi gaya kesultanan Bengali. Koin mata uangnya memiliki dua sisi yang berbeda. satu sisinya koin Burma sementara sisi lainnya koin Bengal. Gelar Sultan pun terpelihara di kerajaan Mrauk U.

Inilah cikal bakal pemukiman muslim pertama di Arakan dalam jumlah yang relatif kecil. perkembangannya baru terlihat pada pertengahan abad ke 17 saat budak Bengali dipekerjakan di berbagai macam sektor di kerajaan ini.

Baca Juga


Penaklukan oleh kerajaan Burma terhadap kerajaan Mrauk U membawa malapetaka bagi komunitas muslim ini. Sebuah tulisan dari Francis Buchanan melaporkan bahwa dalam satu hari setelah penaklukan itu, ada 40.000 orang dikumpulkan untuk dibunuh, para wanita direbut setelah suami mereka dibunuh. Gadis-gadis diambil paksa dari orang tuanya. Segala bentuk harta mereka dirampas.

Pada waktu Inggris melakukan pendudukan di wilayah Arakan, hampir tak ada penduduk yang tersisa. Inggris membawa penduduk dari wilayah Bengali untuk menggarap lahan subur di Arakan. Tidak ada pemberlakuan imigrasi di wilayah ini.  Perbatasan seperti zona internasional untuk mengakomodasi kepentingan British East Indian Company. Bahkan Administrasi wilayah Arakan dikontrol oleh gubernur Bengali.

Arthur Phayre melaporkan bahwa pada tahun 1830-an, upah di Arakan sangat tinggi dibandingkan Bengal. Karena itu, ratusan bahkan ribuan pekerja datang dari Distrik Chittagong untuk mencari pekerjaan. Itulah sebabnya catatan-catatan sejarah Inggris menyebut mereka "Chittagongian".

Awalnya mereka hanya datang sebagai pekerja musiman. Lama-kelamaan sebagian besar dari mereka menetap di sana. Pada masa kolonial Inggris , pecah kerusuhan etnis di beberapa kota (tahun 1926 dan 1938 ) tapi tidak begitu berefek pada penduduk di Arakan.

Anarkisme meledak saat invasi Jepang yang memaksa inggris mundur dari wilayah Arakan. Kekosongan kekuasaan menyebabakan konflik etnis antara penduduk Arakan yang beragama Buddha dan Rohingya yang beragama Islam. Parahnya, Pemerintah Kolonial Inggris justru mempersenjatai etnis Rohingya sebagai tameng untuk menahan dominasi Jepang.

Pemerintah Jepang yang mengetahui hal itu kemudian mengirim operasi militer terhadap etnis Rohingya. Penyiksaan berlanjut yang memaksa orang-orang Arakan, Inggris dan India mengungsi selama periode itu.

Pada waktu Burma(Myanmar) merdeka tahun 1948, kelempok yang menyebut dirinya "Rohingya" dianggap sebagai kelompok separatis.

Tahun 1962 Kudeta militer dilakukan oleh Jendral Ne Win memperburuk nasib mereka. Sebuah operasi militer yang dilaksanakan pada tahun 1978 bernama "Operasi Raja Naga" adalah operasi penyiksaan, pembunuhan dan pemerkosaan besar-besaran.

Etnis Rohingya pada masa itu mengungsi ke wilayah Bangladesh dan kemudian ditolak oleh pemerintah Bangladesh sendiri.

Tahun 1978, Pemerintah Myanmar menyetujui untuk menerima kembali imigran Rohingya ke Rakhine setelah di mediasi oleh PBB.

Tahun 2012, kerusuhan rasial pecah setelah terjadinya pemerkosaan dan pembunuhan seorang gadis Rakhine oleh para pemuda Rohingya. Buntut kejadian ini adalah pembunuhan 10 pemuda muslim dalam sebuah bus oleh-orang-orang Rakhine.

Penggunaan Istilah Rohingya dilarang pada tahun 2014 oleh pemerintah Myanmar. Orang rohingya kemudian disebut Orang Bengali dalam sensus penduduk saat itu. Itu karena "Rohingya" dipopulerkan oleh kelompok intelektual Bengali sekitar tahun 1950-an sebagai identitas politik.

Hingga tahun 2015 terjadi pencabutan kewarganegaraan yang menyebabkan orang-orang Rohingya mengungsi ke berbagai negara termasuk Indonesia. Kekerasan terus berlanjut hingga saat ini yang memicu perhatian dunia internasional.


Artikel Terkait


EmoticonEmoticon