October 16, 2017

Pelangi di Mampise

Di belakang rumah Pung Barunding membentang hamparan sawah dan rerumputan hijau yang luas. Kebebasan mata dimanjakan sekali. Di ujung pandangan tampak barisan melintang pohon kelapa hijau tua. Di belakang barisan pohon kelapa itu ada lukisan pegunungan setengah buram, tertutup awan-awan tipis.

Desa Betao berada di kaki pegunungan Latimojong. Hawa sejuk sangat terasa dari sore sampai malam hari. Desa Betao dikelilingi oleh sungai berkerikil. Saya baru tahu setelah mengantar rombongan mahasiswa Geologi Unhas angkatan 2001 ke salah satu sungai untuk riset mereka. Tak sempat berkenalan lama dengan para mahasiswa ini.

Sore hari biasanya kami berkumpul di beranda kecil samping dapur. Sambil menunggu antrian mandi di kamar mandi. Sore itu, serpihan-serpihan gerimis masih terasa. Angin dingin menggelitik. Awan di ufuk timur tampak setengah tebal.

Sinar berjalan-jalan di pematang sawah. Commo bilang “lagi kerasukan dewi padi”. Sekilas kelihatan aneh, karena dia mondar-mandir tanpa tujuan, kadang-kadang dia berlari-lari kecil. Tapi saya memaklumi, barangkali dia merasakan sensasi pedesaan yang damai. Suasana di sini berbeda dengan desa di pesisir. Memang kebanyakan dari kami berasal dari pesisir, termasuk Sinar. Sinar adalah salah satu teman KKN kami yang hilang kabarnya sejak tahun 2008. Berbeda dengan Kiki yang selalu menjadi leader silaturrahmi teman-teman KKN.

Kiki adalah bendahara posko KKN kami. Saya sebelumnya tak pernah bertemu Kiki di kampus, walaupun kami satu fakultas. Saya dan Kiki hanya berbeda jurusan, Dia jurusan kimia sedang saya jurusan fisika. Pertemuan pertama dengan Kiki pada saat pembekalan KKN. Dari situlah saya mereka-reka alasan tak pernah melihatnya dikampus. Mungkin karena saya sering berjalan tegap di kampus, sedang untuk melihat Kiki saya harus menunduk sedikit.

Kiki tak pernah lepas dari cemilan coklat. Tidak heran jika saat ini saya dengar dia menggeluti usaha cemilan. Acara makan-makan kami biasanya disponsori oleh Kiki. Bahkan kami pernah ke rumahnya di Pare Pare hanya untuk acara makan. Tadinya saya ingin membahas pengaruh coklat terhadap lemak tubuh, tapi takut orangnya tersinggung. Lebih baik jika saya membuat pengakuan bahwa cemilan coklat itu sering saya ambil sembunyi-sembunyi.

Kedekatan kawan saya yang satu ini dengan penduduk desa tidak akan bisa saya gambarkan dengan akurat. Bahkan pada persiapan pertandingan sepakbola pun Kiki hadir memasang umbul-umbul. Ia tak pernah kekurangan pembonceng saat ingin jalan-jalan di seputar desa. Tawa khasnya seperti spongebob masih diingat oleh salah satu pemuda desa yang saya temui setelah KKN. Commo pun masih bisa menirukannya.

Pelangi sore itu terekam oleh kamera digital milik Kiki. Kamera yang mengabadikan setiap momen kala itu. Saat titik-titik hujan baru saja berlalu. Hari dimana rencana acara perpisahan mulai di sering dibicarakan.  Kiki dan teman-teman yang lain tak pernah begitu berjarak. Meskipun setiap kami punya warna kehidupan yang berbeda. Pelangi di Mampise bukanlah pembelokan cahaya matahari oleh titik-titik air. Pelangi itu adalah Kiki.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon