January 31, 2018

Ketika Siswaku Mengaku Sebagai Dilan

Tags

Film "Dilan 1990" memang luar biasa. Menghipnotis remaja hingga jenjang SMP.  Cerita Dilan memang cerita anak SMA tahun 1990, tapi di "jaman now", alurnya sudah dijalani sama anak SMP.

Tak banyak siswa saya yang membaca novelnya, mungkin tidak ada. Apalagi filmnya, karena tidak ada bioskop. Mereka hanya mengenal Dilan melalui meme di media sosial. Walaupun di pulau ini novelnya tidak begitu populer, tapi saya punya tiga serinya.

Saya membaca berita populer, ada Milea asli di twitter. Sayangnya tidak update, aktifnya tahun 2016. Sekarang tidak lagi. Saya rasa itu cukup menjawab penasaran saya tentang tokoh nyata Milea. Tinggal Dilan yang tak diketahui jejaknya.  Mungkin karena bersembunyi atau memang sengaja di sembunyikan.

Baca Juga


Saat semua orang mencari Dilan yang asli, seorang sisw kelas IX di sekolah saya mengaku sebagai Dilan.Ia meminta saya mengecek IG-nya sebagai bukti. Siapa yang percaya,  toh Dilan SMA jauh sebelum Ia lahir. Tapi saya tanggapi saja dengan tenang.

"Dilan itu pintar,  kelas fisika. kamu pintarkan? "
"iya Pak,  saya bisa meramalkan brasil jadi juara piala dunia. italia hanya sampai perempat final" katanya.
Saya mikir,  memang italia ikut piala dunia?
Saya biarkan saja.

Trus saya tanya lagi "sebenarnya cita-citamu apa?"
"saya mau jadi preman pak,  makanya saya tidak perhatikan IPA" jawabnya lagi
"kok mau jadi preman"
"2021 Nunukan akan kacau, hanya preman yang dibutuhkan". Tawa membahana dalam kelas mendengar penjelasan aneh itu.
Bahkan salah satu temannya sampai mengunyah alas sepatu. Jorok sekali. Saya menegur siswa ini, dia jawab "alas sepatu ini bersih pak". Geleng-geleng.

Kembali ke siswa yang mengaku Dilan. Saya bertanya lagi.
"kamu peramal ya?".
"tidak pak,  itu prediksi"
"Apa bedanya ramalan sama prediksi?"
"pokoknya saya bukan peramal pak" sanggahnya lagi.
Sudahlah.

Saya lanjutkan materi pelajaran. Kalau Melanjutkan percakapan, nanti semakin kacau.
Saya bertanya ke seluruh kelas " ada yang tau f ini apa? "
Maksud saya ingin menguji pengetahuan mereka tentang simbol titik fokus "f"
Siswa itu nyeletuk lagi " f itu huruf pak"

Rasanya saya ingin marah,  menjewer telinganya atau memukulinya dengan mistar 100 cm. Tapi,  saya takut dia benar-benar Dilan, karena Dilan tak terima dikasari guru.  Bagi Dilan,  guru yang memukul siswanya tidak menghargai orang dan tentu saja tak pantas dihargai.

Saya tidak mau bernasib seperti pak Suripto yang dikejar terbirit-birit hingga dipukul oleh Dilan. Pak Suripto baginya bukan guru. "saya tidak melawan guru bu,  saya melawan suripto". Kata-kata Dilan inilah yang terngiang hingga saya membatalkan niat memarahinya.

Bel berbunyi. siswa istirahat. Saya renungi peristiwa tadi.
Jika Ia memang Dilan,  Apa iya Dilan sampe segitunya?

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon