March 07, 2018

Mengenang Bapak Jasmin Gerin

Foto : facebook.com/muhammad jasmin

Tahun 1987, tahun dimana tsunami melanda Pulau Pantar Nusa Tenggara Timur. Damianus Tenana Gerin berangkat ke Nunukan yang waktu itu masih wilayah Kabupaten Bulungan Provinsi kalimantan Timur.

Cita-cita menjadi pendidik tersemat kuat dalam hati pemuda yang akrab dipanggil Jasmin ini. Menjadi guru di salah satu pulau terluar Indonesia kala itu bukanlah keputusan mudah. Apalagi wilayah Nunukan masih terpencil dan belum ramai seperti saat ini.

Bermodalkan Ijazah SMA yang diperolehnya dari SMA PGRI Larantuka, Ia menjadi guru di SMA Katolik Santo Gabriel Nunukan. Tiga tahun kemudian,Sejalan dengan tuntutan pendidikan guru saat itu. Jasmin melanjutkan pendidikan Diploma II di Universitas Mulawarman. Selepas kuliah, Ia kembali ke Nunukan pada tahun 1993 untuk melanjutkan pengabdian sebagai guru.

Baca Juga


Saat kembali ke Nunukan, Jasmin mempersunting Mu’minati Alwy.  Hubungan yang sempat terhalang oleh perbedaan keyakinan berlanjut kejenjang pernikahan, setelah Jasmin memutuskan menjadi muallaf. Sejak itu pula, Damianus Tenana Gerin berganti nama menjadi Muhammad Jasmin Gerin.

Ustadz Faraz yang waktu itu menjabat Kepala KUA Nunukan menawarkannya mengajar di Yayasan Al-Khairat Nunukan. Tawaran itu tak disia-siakan, karena selain menjadi tenaga pengajar, ia juga bisa memperdalam pengetahuannya tentang agama Islam. Tak hanya di Al-Khairat, Jasmin Gerin juga tercatat sebagai honorer di SDN 004 Nunukan.

Tak berselang lama, Jasmin Gerin diangkat menjadi guru kontrak Sekolah Dasar di wilayah Lancang Nunukan Selatan.
Pengabdian panjang membuatnya diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil pada tahun 2007. Bahkan didaulat sebagai Kepala Sekolah di Madrasah Tsanawiyah Al-Khairat. Kepemimpinanya di MTs berlanjut hingga delapan tahun.

Tuntutan Ijazah membuatnya harus kuliah kembali. Hingga pada tahun 2011, Jasmin Gerin menyelesaikan pendidikan sarjana di Universitas Borneo Tarakan.

Pada 27 Februari 2017, Jasmin Gerin dilantik menjadi Kepala Sekolah di SDN 005 Nunukan setelah sebelumnya menjadi Guru di SDN 004 Nunukan. Jabatan sebagai Kepala madrasah dilepas karena larangan rangkap jabatan.

Pengabdiannya tak sampai disitu, Jasmin Gerin juga aktif sebagai pengurus PGRI Kabupaten Nunukan. Ia menjadi Sekretaris PGRI Kabupaten Nunukan dari tahun 2012 hingga Tahun 2016. Tahun 2017, Jasmin Gerin terpilih menjadi Ketua PGRI Kabupaten Nunukan Periode 2017-2022.

Air Mata pun Tumpah

Siang yang terik seperti biasa. Pak Jasmin pulang dari pemakaman kerabatnya. Ia merasa sangat kelaparan. “Seperti tak pernah makan satu tahun“ katanya.

Ibu Mu’minati sang istri lalu memijat dengan balsem seperti biasanya. Sakit di bagian ulu hati Ia rasakan mendadak. Ibu Mu’minati lalu mengusap-usap ulu hati suaminya dengan air hangat. Tiba-tiba saja Pak Jasmin menutup mata, bersamaan dengan nadinya yang berhenti berdetak.

Foto : facebook.com/krisniyanti

Sabtu 24 Februari 2018, tiga hari sebelum setahun menjadi kepala sekolah di SDN 005 Nunukan. Pak Jasmin menghadap sang pencipta di usia 51 tahun. Sang istri menangis sekeras-kerasnya. Siang itu, adalah perpisahan setelah seperempat abad bersama.

Suaminya yang tak pernah mengeluh sakit pergi dengan sangat tenang. Firasat sang istri benar adanya. Sehari sebelumnya Bu Mu'minati merasakan akan ada keramaian di rumahnya.

Kepergian Pak Jasmin meninggalkan dua orang anak, menjadi duka keluarga, duka kerabat, duka murid-muridnya, duka PGRI, duka para guru.

Pelayat berdatangan tak terhitung jumlahnya. Rumah Kayu dua lantai kediaman Almarhum Pak Jasmin di daerah Persemaian terdengar berderak lantainya. Hingga pagi hari pelayat datang semakin banyak. Guru-guru yang mengantarnya ke peristirahatan terakhir berpakaian batik PGRI.

“Guru adalah sosok pencerah, pembuka fikir dan jiwa, pengawal peradaban, penyatu dalam keberagaman”. Demikianlah pesan Almarhum saat pelantikan pengurus PGRI kabupaten Nunukan dua bulan sebelum wafat.

Narasumber : Mu'minati Alwy, Abd Wahid, Husin Manu

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon