May 10, 2018

Fisika Politik di Malaysia

Tags
HUKUM 1 NEWTON PADA PEMILU RAYA MALAYSIA (FISIKA POLITIK)

Pendekatan fisika dalam politik mungkin bisa menyesatkan. Akan tetapi akhir-akhir ini, politik dikotomi memungkinkan fisika untuk turut mengkaji.

Pendukung pemerintah dan pendukung oposisi adalah dua sisi dengan komunikasi tertutup di masing-masing pihak. Bertebaranlah debat medsos yang tak ada ujungnya. Mereka mengatasnamakan diskusi, tetapi diskusi mereka adalah diskusi dengan kesimpulan sendiri-sendiri terlebih dahulu.
*****

Mekanika klasik Newton adalah bagian ilmu fisika yang membahas tentang kelembaman. Hukum 1 Newton tentu pernah didengar oleh tamatan SMP. Inilah hukum yang membahas tentang kelembaman.

Kelembaman dapat diartikan sebagai kecenderungan untuk mempertahankan posisi awal sebuah benda. Itulah alasan mengapa kita terdorong ke depan ketika mobil direm. Kita lembam. Kita ingin mempertahankan keadaan bergerak.

Sama halnya saat kita duduk santai diatas mobil yang parkir, tiba-tiba sopir menggerakkan mobil (di-gas mendadak), kita akan terdorong ke belakang. Sekali lagi, kita lembam. Kita cenderung mempertahankan posisi diam saat mobil parkir.

Untuk menggerakkan benda diam atau bergerak lurus beraturan butuh tarikan atau dorongan. Tarikan atau dorongan ini dalam fisika disebut gaya. Kekuatan gaya dipengaruhi oleh massa dan percepatan.

Mahathir menghimpun massa yang besar. Massa berkaitan dengan kuantitas/jumlah. Ditambah lagi dengan faktor percepatan. Percepatan lebih mirip sentakan ketika kita menarik sesuatu. Ini adalah faktor penentu untuk menggeser sesuatu.

Mahathir punya massa, dia hanya perlu memperbesar massa dengan bergabung bersama oposisi. Memenuhi syarat untuk menggerakkan benda yang bertahan pada posisinya.

Disamping massa, Mahathir juga memerlukan percepatan untuk mendorong kekuasaan Barisan Nasional. Mahathir memiliki itu. Dia adalah tokoh besar di Malaysia. Dialah percepatannya.

Dia menggelindingkan berbagai isu yang menjadi bola salju. Seperti kebijakan pajak yang dikeluhkan warga Malaysia. Keluarga saya di Malaysia pernah bercerita tentang kenaikan harga kebutuhan pokok. Semua itu katanya, berhubungan dengan kebijakan pajak pemerintah terhadap barang dan jasa.

Isu yang tak kalah hebatnya adalah skandal korupsi 1MDB. Skandal korupsi perusahaan milik pemerintah yang uangnya diduga mengalir ke petinggi Barisan Nasional.

Pada pemilu raya 2013, bergulir isu penggunaan kekuasaan untuk kemenangan. Saya melihat mobilisasi massa dari pulau sebatik Indonesia ke Malaysia. Salah seorang pemilih waktu itu mengaku menerima sejumlah uang sebesar 1000 ringgit untuk memilih di Malaysia. Entah itu ada hubungannya atau tidak.

Kembali ke hukum kelembaman, Mahathir Mohamad sebenarnya juga diuntungkan oleh hukum ini. Sebagai orang yang pernah menjadi perdana menteri selama 22 tahun, Mahathir juga punya kelembaman.

Berlakunya hukum kelembaman juga terjadi di Indonesia. Jangan heran jika kekuasaan bisa dilanggengkan di berbagai daerah. Itulah mengapa orang-orang baru sulit menggeser lingkaran kekuasaan kecuali masuk dulu ke lingkaran itu.

Mahathir dan koalisinya perlu mewaspadai berlakunya hukum kelembaman 5 tahun yang akan datang. Mungkin hari ini mereka berhasil, tapi Barisan Nasional hanya perlu sedikit percepatan atau massa untuk kembali ke posisinya semula. Di Pemilu Raya 2018 ini mereka harus mengakui kelengahannya.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon