July 15, 2018

Final Piala Dunia 2018 : Penguasa Tak Selalu Menang


Image : telegraph. uk
Sebelum kickoff, cerita masa kecil Luca Modric menjebak penonton dalam paradoks. Derita masa kecilnya sebagai korban perang menjadi berhasil menggiring opini bahwa Kroasia harus menjadi pemenang. Meskipun kalkulasi para pengamat mengungulkan Prancis sebagai pemenang.

Cerita ini terus digulirkan membuat laga semakin menarik untuk dinantikan. Sangat mungkin dicurigai bahwa ini adalah trik promosi untuk menaikkan rating final Piala Dunia 2018 setelah sebelumnya dianggap sebagian orang sebagai laga tidak menarik. Belgia vs Prancis dikatakan sebagai final dini,  karena kedua tim inilah yang diunggulkan jadi juara dunia. Akan tetapi, janganlah ikut-ikut berprasangka seperti saya.

Setelah Kick off

Prancis sangat diuntungkan oleh seorang Kylian Mbappe. Berkali-kali Mbappe mengancam barisan belakang Kroasia dengan adu kecepatan. Menurut teman-temannya,  Ia mampu berlari dengan kecepatan 37 km per jam. Andai saja Mbappe truk bermuatan, Ia tentu melanggar batas maksimum 30 km per jam di Tol Cikampek.

Rekan setimnya, Antonio Griezmann juga tak kalah gesit. Ia juga memiliki kecepatan yang hampir selevel dengan Mbappe. Penguasaan bolanya juga diatas rata-rata. Lain dengan Oliver Giroud yang tidak begitu menarik dibahas penampilannya. Giroud tak pernah mencetak gol satupun selama Piala Dunia 2018.

Di kubu Kroasia,  ada Luca Modric seperti biasa memiliki mobilitas tinggi. Modric hampir menempati semua sektor. Wasit pertandingan sekalipun Ia kalahkan mobilitasnya. Ia dibantu Ivan Rakitic memompa denyut permainan Kroasia.

Striker utama Kroasia bisa dibilang lebih berhasil dari Giroud. Mario Mandzukic lebih produktif karena menciptakan dua gol yang dia bagi adil ke gawang lawan dan gawang sendiri. Minimal Mandzukic sudah menjalankan fungsi striker yakni mencetak gol.

Di Babak pertama, selang waktu antar gol sangat teratur. Di mulai dari gol bunuh diri Mandzukic di menit ke 18, lalu gol Ivan Perisic pada menit ke-28 hingga penalti Antonio Griezmann di menit ke-38. Hadiah penalti ini diberikan oleh wasit setelah berkonsultasi dengan asistennya. Asisten wasit tidak berperasaan yang disebut VAR. Asisten yang betul-betul asisten karena tidak memberi pendapat sama sekali, hanya memberi video karena dia memang adalah video. Kedudukan 2-1 bertahan hingga turun minum.

Di babak kedua, saat pemain Kroasia asyik menyerang, tiba-tiba saja ada supporter yang berlari masuk kelapangan. Insiden mengganggu di di menit ke-52 ini merugikan tim Kroasia. Sangat dicurigai bahwa supporter ini adalah pemburu viral yang ingin diundang ke Istana, tetapi lupa bahwa Indonesia tidak terlibat di Piala Dunia 2018.
Gol babak kedua tercipta pada menit ke 59, saat Paul Pogba menjebol gawang Subasic denga sepakan kaki kiri. Keteraturan 10 menit selang waktu gol seharusnya terjadi lagi. Seharusnya tidak ada gol Mbappe di menit ke-65 karena keteraturan bisa terjaga jika gol Mandzukic di menit ke-69 tidak didahului Mbappe. Tulisan inipun akan mempunyai keindahan tersendiri.

Khusus gol Mandzukic di babak kedua ini,  sangat menarik karena melengkapi sebuah cocoklogi bahwa kiper adalah biang kesalahan di partai final sepakbola kasta tinggi akan selalu terjadi. Seperti kesalahan kiper Liverpool di final Liga Champions Eropa 2018 lalu. Error kiper ini jika dibahas akan melukai lagi pendukung Jerman karena Neuer pun melakukan kesalahan saat lawan Korea Selatan. Jadi cukup sampai disini saja soal kiper ini.

Walhasil,  Kroasia ternyata tidak mampu memanfaatkan penguasaan bola mereka yang lebih dominan. Penguasaan bola 66 % tidak lebih efektif dari 34 % milik Perancis. Perancis lebih efisien dengan gol-golnya. Hitungan persentase penguasaan bola tidak bisa memenangkan sebuah tim karena ini bukanlah perhitungan real count KPU di pemilihan umum.

Penguasa tak selalu menang, demikianlah pesan tersirat dari sepakbola. Seberapa hebatpun sebuah tim menguasai bola, masih bisa dikalahkan dengan pertahanan disiplin dan serangan balik yang akurat. Prancis telah membuktikan itu, hingga menjadi Juara Piala Dunia 2018. Perancis menunggu pergantian generasi selama 20 tahun untuk merebut piala kembali. Kroasia mungkin butuh pergantian generasi lagi untuk sampai ke final, mengingat pemain-pemainnya di piala dunia ini terbilang sudah tua dalam ukuran kasta tinggi sepakbola.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon