November 28, 2018

Catatan Seminar Literasi Digital kabupaten Nunukan Tahun 2018

Tags
Catatan ini lahir setelah mengikuti Seminar Literasi Digital  oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bekerjasama dengan Indonesian Women IT Awareness (IWITA) dan difasilitasi oleh Himpunan Mahasiswa Pelajar Sebatik (HIPMATIK) di Kabupaten Nunukan.

Martha Simanjutak, SE. MM
(Founder IWITA)
Persoalan perempuan dan  anak di Indonesia masih belum selesai sampai hari ini. Semakin kompleks, mengingat saat ini dunia telah diekspansi oleh teknologi digital. Sejak penggunaan smartphone menyebar luas dari kota hingga ke pedalaman, media sosial menjadi lumrah. Hampir setiap orang memiliki akun media sosial, terutama generasi yang lahir dari tahun 2005 hingga 2010.

Ancaman datang tak terelakkan, media sosial tidak seperti koran atau media massa lainnya. Media sosial tidak punya filter yang kuat terhadap konten-konten negatif. Konten negatif seperti berita HOAKS, cyber bullying dan hate speech berkembang liar dan diakses oleh siapa saja, tak terkecuali perempuan dan anak-anak.

Produksi konten negatif tidak hanya dilakukan di media sosial. Produksi konten negatif bahkan bisa bersumber dari blog dan website yang dibuat untuk kepentingan tertentu. Bahkan berita HOAKS telah menjelma menjadi industri, sebut saja Saracen, kelompok penyebar berita palsu yang dibayar pihak tertentu.

Masalah lain dari media Media sosial adalah pelanggaran privasi. Ada begitu banyak data pribadi yang terekspos baik sengaja maupun tidak sengaja ke media sosial. Data-data dan foto-foto pribadi yang di unggah ke media sosial kadangkala digunakan untuk hal negatif oleh orang lain.

Sebuah ironi, karena media sosial yang seharusnya menjadi tempat berinteraksi dengan teman-teman jauh justru menjadi tempat datangnya model kejahatan baru.

Kabupaten Nunukan Provinsi kalimantan Utara, juga tak luput dari fenomena diatas. Sebagai contoh peristiwa satu tahun yang lalu, tentang berita penculikan anak di Sebatik. Berita ini menyebar dengan cepat melalui Facebook dengan caption hujatan dan marah. Seantero Nunukan heboh, foto anak dan seorang laki-laki itu juga berseliwerang di berbagai grup Whatsapp dengan kata-kata menghakimi. Tak berselang lama, anak dan laki-laki itu diamankan oleh polisi.

Sangat mengejutkan, karena keduanya ternyata ayah dan anak kandungnya. Belakngan, netizen Nunukan tahu bahwa persoalan itu adalah persoalan rumah tangga. Ibu dari anak itu tidak rela anaknya dibawa bekas suaminya.

Cerita di atas memberi pelajaran berharga tentang pentingnya literasi digital. Rendahnya kemampuan literasi digital di perbatasan dipaparkan oleh Dr. Nurbaya, S.Si. MP dalam seminar Literasi Digital di Kabupaten Nunukan.   Rendahnya SDM dan kerasnya tsunami informasi menciptakan pertarungan yang tidak seimbang. Untuk itu, msyarakat Nunukan harus memahami literasi digital.

Untuk memahami literasi digital, Martha Simanjuntak, SE MM, founder IWITA (Indonesian Women Information Awareness), menyederhanakan dengan istilah “Baper” . Baper adalah singkatan dari baca, pelajari, renungkan. Artinya, saat anda menerima informasi dari internet, sebaiknya “baper”.

Jangan terlalu cepat menyebarkan informasi jika belum menganalisa isinya.Kecenderungan menyebarkan informasi yang belum dicek kebenarannya bisa merugikan banyak orang, termasuk diri sendiri.

Trend konten negatif di internet menuntut kita untuk bijak dalam menggunakannya. Dalam ber-internet, apalagi media sosial, sebaiknya seseorang memiliki self branding bagi pengguna media sosial. Hal ini bisa diartikan sebagai jati diri seseorang di dunia maya.

Tentu saja yang ditampilkan adalah citra yang positif. Martha mencontohkan dirinya yang selalu memakai batik Ulos khas Batak atau menampilkan konten-konten budaya dan kuliner dalam bersosial media. Branding diri ini penting agar kita mudah dikenal pengguna lain.

Setelah berhasil melakukan self-branding, media sosial bisa digunakan untuk kegiatan bisnis. Kegiatan bisnis melalui media sosial berpotensi menghasilkan profit yang besar. Pada skala yang lebih luas, internet adalah tempat bisnis yang lebih enteng. Denden, Owner Rumah Kopi temanggung memberikan tips berbisnis di Internet. Ia memperkenalkan google my Business.

Aplikasi yang dikembangkan google untuk membantu mempromosikan usaha online. Tips menganalisa pasar dan yang paling utama adalah komunikasi dengan pelanggan. Seorang pebisnis online tidak boleh mengabaikan pelanggannya ketika bertanya atau berinteraksi.

Pada dasarnya, internet dapat dijadikan media pendidikan ataupun hiburan yang positif. Intinya, kita harus pandai-pandai menggunakannya. Kesadaran pengguna semakin penting mengingat konten-konten negatif yang di blokir masih bisa diakses dengan cara tertentu. Bijaklah dalam menggunakan internet, untuk masa depan indonesia yang lebih baik.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon