July 08, 2017

Kecerdasan Emosi dan Perkembangan Aspek Sosial

 
foto : youtube.com
1. PERKEMBANGAN EMOSI
Emosi dapat didefinisikan sebagai suatu suasana yang kompleks dan getaran jiwa yang menyertai atau muncul sebelum/sesudah terjadinya perilaku (Makmun,  2009:114). Emosi tidak hanya melibatkan perasaan dan pikiran, aspek biologis dan psikologis, namun disertai serangkaian tindakan. Menurut Hurlock (2003:213) perkembangan emosi dipengaruhi oleh faktor kematangan dan faktor belajar, tetapi faktor belajar lebih penting, karena belajar merupakan faktor yang lebih dapat dikendalikan.
Terdapat berbagai cara dalam mengendalikan lingkungan untuk menjamin pembinaan pola-pola emosi yang diinginkan,  orangtua dan guru dapat membantu anak untuk memiliki pola reaksi emosi yang diinginkan melalui pengajaran dan bimbingan. 

a.  Pengendalian Emosi
Untuk dapat melakukan penyesuaian sosial yang baik, peserta didik harus mampu mengendalikan emosi dengan baik. Anak harus belajar mengekspresikan emosi dengan cara yang dapat diterima secara sosial.. Menurut Hurlock (2003:231) mengendalikan emosi adalah mengarahkan energi emosi ke saluran ekspresi yang bermanfaat dan dapat diterima secara sosial.  Dalam mengendalikan emosi, anak harus belajar bagaimana cara menangani rangsangan yang membangkitkan emosi dan bagaimana cara mengatasi reaksi yang biasa menyertai emosi. 

b. Karakteristik Aspek Emosi Remaja Awal 

Baca Juga

Menurut Yusuf (2006:9) masa remaja merupakan masa memuncaknya emosionalitas, Matangnya organ-organ reproduksi mempengaruhi emosi atau perasaan-perasaan baru yang sebelumnya tidak pernah dialami, seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Perkembangan emosi pada masa remaja awal bersifat sensitif dan reaktif (kritis) yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosi cenderung memuncak dan kurang stabil, emosinya sering bersifat negatif dan temperamental (mudah marah/tersinggung, atau mudah sedih/murung). Kondisi ini terutama pada remaja yang hidup di lingkungan yang tidak harmonis. khususnya lingkungan keluarga. 

c.  Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi memiliki peran yang penting dalam pendidikan, maupun dunia kerja bahkan ke semua bidang kehidupan yang melibatkan hubungan antar manusia. Menurut Goleman (1997:57) bahwa setiap orang tentu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam wilayah kecerdasan emosi, mungkin beberapa orang yang amat terampil dalam menangani kecemasan sendiri akan tetapi sulit mengatasi rasa marah. Kecerdasan emosional memiliki lima wilayah utama, yaitu sebagai berikut ini.
  • Mengenali emosi diri. Mengenali perasaan saat perasaan itu muncul 
  • Mengelola Emosi, kemampuan mengendalikan diri, mengatur suasana hati.
  • Memotivasi diri sendiri., kemampuan mengelola emosi sebagai alat untuk  mencapai tujuan.
  • Mengenali emosi orang lain,  kemampuan berempati kepada orang lain. 
  • Membina hubungan dengan orang lain sebagian besar merupakan keterampilan memahami dan mengelola emosi orang lain. 
Peter Salovey dan John Mayer menjelaskan kualitas-kualitas emosional yang penting untuk mencapai kesuksesan (Shapiro, 1997:5). Kualitas-kualitas tersebut di antaranya adalah: (1) Empati; (2) Mengungkapkan dan memahami perasaan; (3)Mengendalikan amarah; (4)Kemandirian; (5) Kemampuan menyesuaikan diri; (6) Disukai; (7) Kemampuan memecahkan masalah antarpribadi(8) Ketekunan; (9) Kesetiakawanan; (10)Keramahan; (11) Sikap Hormat.  

2. PERKEMBANGAN SOSIAL
Manusia sebagai mahluk sosial akan terus menerus melakukan  penyesuaian diri dengan lingkungan sosial sepanjang hidupnya, Melakukan  interaksi sosial dengan individu  maupun kelompok, berperilaku sesuai  dengan norma-norma sosial  ,  moral,  dan  harapan  masyarakat  serta kebudayaan. Yusuf (2014:122) menyatakan  bahwa perkembangan sosial merupakan pencapaian  kematangan  dalam  hubungan  sosial.  Pencapaian  kematangan diperoleh memalui proses belajar bagaimana menyesuaikan diri dengan oranglain atau proses sosialisasi. 

a.  Karakteristik Perilaku Sosial Remaja
Masa remaja kaitannya dengan pengembangan nilai-  nilai yang selaras dengan nilai-nilai orang dewasa  yang akan  dimasukinya, yaitu  tugas untuk mengembangan perilaku sosial  yang bertanggung  jawab  Pada masa  remaja berkembang  social cognition, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain, hal ini mendorong remaja untuk membina hubungan sosial dengan teman sebaya. Masa ini ditandai oleh sikap konformitas, yaitu kecenderungan untuk meniru, mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran/hobi, atau keinginan orang lain Sikap konformitas berubah seiring dengan bertambahnya  usia dan berkembangnya  kemampuan  berpikir  yang  lebih  matang  (Yusuf, 2006:10).
Perubahan  perilaku sosial  yang  paling menonjol   pada masa remaja adalah menyukai lawan jenis. Remaja senang mengikuti berbagai kegiatan sosial, semakin banyak kesempatan untuk melakukan aktivitas sosial yang baik, maka wawasan sosialnya lebih luas, penyesuaian diriyang lebih baik, dan meningkatnya kompetensi sosial seperti kemampuan berkomunikasi

b. Status Sosial Teman Sebaya
Penerimaan sosial berkaitan dengan kualitas pribadi yaitu banyaknya sifat-sifat baik, menarik dan keterampilan sosial.  Berdasarkan hubungan sosial di antara peserta didik ada empat status teman sebaya menurut Rubin, Bukowski&Parker, Wentzel & Asker, Wentzel & Battle (Santrock,2010:100) yaitu :
  • Anak popular  disukai oleh teman sebayanya dan seringkali dinominasikan sebagai teman yang terbaik, karena memiliki keterampilan sosial yang tinggi.
  • Anak yang diabaikan (neglected children) jarang dinominasikan sebagai  teman  terbaik,  tetapi  bukan  karena tidak   disukai  oleh teman  sebayanya.  
  • Anak yang ditolak (rejected chidren) jarang dinominasikan  sebagai teman  terbaik  dan  sering  dibenci   oleh  tteman sebayanya. Anak menunjukkan  agresi  tinggi,  menarik  diri, serta  kemampuan sosial dan kognitif yang rendah..  Anak yang ditolak, menurut Buke & Ladd (Santrock, 2010:100) mengalami  masalah penyesuaian  diri yang serius dibanding  anak yang diabaikan.
  • Anak kontrovesial sering dinominasikan  sebagai  teman terbaik,tapi sering tidak disukai.Anak kontroversial tinggi dalam penerimaan dan penolakan. Penolakan oleh teman sebaya mempengaruhi prestasi belajar, munculnya masalah emosi, dan cenderung meningkatnya risiko kenakalan remaja. 

c.  Kecerdasan Emosi dan Keterampilan Sosial
Kecerdasan emosi dan keterampilan sosial  akan membentuk karakter, berdasarkan beberapa hasil penelitian bahwa kecerdasan emosi dan keterampilan sosial lebih penting dari inteligensi (IQ) dalam mencapai keberhasilan hidup.  Kecerdasan emosi (EQ) membuat anak memiliki semangat yang tinggi dalam belajar atau disukai oleh teman-temannya dalam kegiatan bermain, maka hal itu akan membawa keberhasilan ketika memasuki dunia kerja atau berkeluarga. Menurut Shapiro (1997:1975) bahwa kecerdasan emosi dan keterampilan sosial dapat diajarkan kepada anak sesuai dengan usia dan tahap perkembangannya. Disarikan dari penjelasan Shapiro cara mengajarkan kecerdasan emosi dan keterampilan sosial   antara lain bagaimana, (1) membina hubungan persahabatan; (2) tata karma; (3)
bekerja dalam kelompok; (4) berbicara dan mendengarkan secara efektif; (5) mengatasi masalah dengan teman yang nakal ; (6) berempati terhadap orang lain; (7) mencapai prestasi tinggi; (8) memecahkan masalah; (9) memotivasi diri bila menghadapi masa-masa yang sulit; (10) percaya diri saat menghadapi situasi yang sulit; (11) menjalin keakraban;

d.  Identifikasi Kecerdasan Emosi dan Keterampilan Sosial Peserta Didik
Guru dapat melakukan identifikasi kecerdasan emosi dan keterampilan sosial dengan cara yang sama seperti pada identifikasi materi pembelajaran kemampuan intelektual.

e.  Implementasi dalam Pembelajaran 
  • Prioritaskan identifikasi peserta didik yang diduga memiliki kecerdasan emosi dan keterampilan sosial yang rendah.
  • Pahami keragaman dalam kecerdasan emosi dan keterampilan sosial peserta didik, serta bersikap bijak menghadapi mereka yang memiliki kecerdasan emosi dan keterampilan sosial yang rendah.
  • Sebagai model sosial  tampilkan  perilaku yang mencerminkan kecerdasan emosi dan keterampilan sosial yang tinggi.serta  Ikhlas dalam mengajar. 
  • Ciptakan iklim belajar yang kondusif bagi perkembangan kecerdasan emosi dan sosial, yaitu iklim yang demokratis, nyaman, tidak tegang, diselingi humor, dan suasana gembira.
  • Rancang pembelajaran dengan memasukan aspek kecerdasan emosi dan keterampilan sosial.melalui disiplin, bimbingan dan pembiasaan yang disertai penguatan, serta pembelajaran berbasis kelompok disamping klasikal.
  • Bimbing peserta didik untuk mengekspresikan emosi yang bisa diterima secara sosial. 
  • Bekerja  sama dengan guru BK, wali kelas dan orangtua  untuk membantu peserta didik mengembangkan kecerdasan emosi dan keterampilan sosial. 

Sumber : Modul GP SMP PPPPTK IPA 2016 

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon